Indonesian resources, energy, oil and gas, mineral and coal mining, electricity and renewable energy

Powered by Blogger.

PLTA Peusangan Terhambat Pembebasan Lahan

 PLTA Peusangan Terhambat Pembebasan Lahan
 PLTA Peusangan 
Keinginan masyarakat Aceh memilki pasokan listrik yang handal masih menemui kendala. Pasalnya, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan beserta jaringan tranmisinya masih terkendala masalah pembebasan lahan.

Meski begitu, PT PLN (Persero) terus berupaya menyelesaikan proyek pembangunan PLTA Peusangan dengan kapasitas 88 Mega Watt (MW) itu. PLTA ini akan menjadi pembangkit listrik terbesar di Aceh yang memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT).

Berdasarkan data PLN, saat ini pembangunan PLTA itu baru mencapai 56,7 persen. Padahal pembangkit listrik ini ditargetkan akan perkuat sistem Aceh pada tahun 2019 mendatang.

Selain pembangunan PLTA Peusangan, PLN juga tengah membangun transmisi yang menjadi penghubung antara Bireuen dengan Takengon dan membangun jaringan  distribusi di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Bireun. Kabar baiknya, pembangunan jaringan distribusi telah selesai 100%.

“Pembangunan transmisi Bireun-Takengon merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penyaluran energi yang nantinya akan dibangkitkan oleh PLTA Peusangan,” ujar Manager Senior Public Relations PLN, Agung Murdifi, Minggu malam (1/5).

Agung menjelaskan, proses percepatan pembangunan Pembangkit dan Transmisi ini mengalami kendala dalam pembebasan lahan. Hingga bulan Maret 2016, dari total 246 Ha lahan yang diperlukan, 209 Ha diantaranya telah dibebaskan. Sedangkan untuk SUTT 150 kV Bireun Takengon, dari 203 tower transmisi yang ditargetkan, sampai dengan April 2016, PLN baru berhasil membebaskan lahan untuk 119 tower transmisi, sementara 84 masih dalam proses pembebasan lahan. 

“Beberapa permasalahan yang harus dihadapi dalam pembebasan lahan PLTA dan Transmisi ini yakni sengketa kepemilikan tanah yang tak kunjung selesai dan penetapan harga tanah oleh apraisal baru selesai pada bulan Juni 2015,” tegasnya.

Pembebasan lahan ini menjadi satu titik yang menghambat pembangunan pembangkit dan transmisi secara keseluruhan, untuk itu PLN berharap peran serta seluruh stake holder terkait untuk segera mengatasi permasalahan pembebasan lahan ini. BUMN ini juga optimis dengan bantuan PerPres no 4 tahun 2016 terkait percepatan infrastuktur kelistrikan, masalah ini akan segera teratasi.

Selain masalah pembebasan lahan, dalam proses pembangunan PLTA Peusangan dan transmisi Bieruen - Takengon, PLN juga menghadapi beberapa kendala, diantaranya adalah kondisi geologi terowongan yang kurang baik, sehingga proses penggalian memerlukan waktu yang lama dan diperlukan adanya perubahan metode kerja. Lokasi Underground Powerhouse yang berada di daerah patahan bumi Semangko pun mengakibatkan perlu diadakannya penelitian ulang termasuk perubahan desain peta rancangan.

"Personil kami di lapangan saat ini bekerja ekstra keras untuk segera menyelesaikan hambatan yang terjadi, karena kami ingin menyelesaikan seluruh proses pembangunan sesuai target," tambah Agung.

Beban puncak sistem Aceh sekarang berkisar 320 MW s/d 340 MW, Kehadiran PLTA Peusangan di Aceh sangat penting untuk menambah pasokan listrik. Saat ini, sistem kelistrikan Aceh bertumpu pada beberapa unit pembangkit utama dari sistem Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), dan dua pembangkit besar yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya 160 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Arun 184 MW.

Ketika salah satu pembangkit ini mengalami gangguan, maka dapat berpengaruh terhadap kestabilan sistem dan mengganggu sistem kelistrikan secara keseluruhan. Selain itu apabila terdapat gangguan transmisi pada sistem Sumbagut, maka sistem kelistrikan Aceh akan mengalami gangguan secara keseluruhan. 

Untuk itu kehadiran PLTA Peusangan dan transmisi sangat penting untuk menambah pasokan energi yang lebih besar. Selain itu , dengan beroperasinya PLTA Peusangan, PLTD Ayangan 20 MW yang selama ini beroperasi melayani pelanggan Takengon dan sekitarnya dapat di matikan sehingga Biaya Pokok Penyediaan (BPP) semakin baik.

PLTA menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan murah.  Pembangunan PLTA ini diharapkan dapat mendukung sektor pariwisata dan perekonomian setempat, juga akan menjadi kebanggaan masyarakat Aceh, khusunya Kabupaten Aceh Tengah dan sekitarnya karena merupakan PLTA yang terbesar kapasitasnya di wilayah Aceh. (Pris)



Sumber Berita: 
www.petrominer.co.id


Tag : Energi, Listrik
0 Komentar untuk " PLTA Peusangan Terhambat Pembebasan Lahan"

Back To Top